kotabontang.net - Angin Segar Bagi 40 Operator dan 800 Ribu SPBU Asing . Indonesianews.co- Keputusan kenaikan harga BBM akan memberikan angin segar bagi operator stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) asing yang berbisnis ritel BBM di Indonesia. Hal ini karena harga jual BBM bersubsidi semakin mendekati harga premium non subsidi yang dijual para operator SPBU asing.
Meski hingga saat ini, 40 perusahaan asing sudah memegang izin prinsip pendirian stasiun pengisian bahan baker umum (SPBU). Masing-masing perusahaan memiliki hak mendirikan 20.000 SPBU,
Namun karena iklim yang belum kondusif (khususnya masih tingginya subsidi BBM- red) maka yang beroperasi saat inibaru tiga operator SPBU asing yaitu PT Shell Indonesia, PT Total Oil Indonesia dan PT Petronas Niaga Indonesia.
Demikian rangkuman opini, pengamat ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Revrisond Baswir dan anggota DPR RI Effendi Simbolon yang dihubungi terpisah.
“Hari ini SPBU di Indonesia yang berbau asing masih tidur nyenyak, tapi nanti kalau harga naik, maka seluruh SPBU asing akan terbang dan tertawa terbahak-bahak,” kata Anggota DPR RI, Effendi Simbolon di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (15/11/2014).
Dengan semakin ramainya pembeli BBM di SPBU asing, para operator bakal kian gempur Indonesia sehingga SPBU asing akan semakin menjamur. Tidak hanya di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabotabek), tapi juga bidik wilayah lain.
Apa yang dikatakan Effendi tersebut mengacu pada sifat masyarakat Indonesia yang selalu konsumtif dan suka dengan produk-produk dari luar negeri.
“Orang Indonesia tahu kan sifat-sifatnya, suka barang-barang asing. Ini pintu liberalisasi, memang ini agak tidak cocok dengan paham kami,” kata dia.
Untuk itu, dia menyarankan agar kenaikan harga BBM subsidi harus diimbangi dengan kebijakan memperketat bisnis ritel BBM bagi perusahaan-perusahaan asing supaya tidak memanfaatkan momentum tersebut.
Hingga saat ini, 40 perusahaan asing sudah memegang izin prinsip pendirian stasiun pengisian bahan baker umum (SPBU). Masing-masing perusahaan memiliki hak mendirikan 20.000 SPBU.
“Itu artinya, sejumlah 800.000 SPBU milik asing akan menguasai Indonesia. Bayangkan, nantinya seluruh kebutuhan minyak harus dibeli di perusahaan asing dan asing akan menguasai seluruh produksi Indonesia dari hulu ke hilir, termasuk warung-warung,” kata pengamat ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Revrisond Baswir, yang akrab disapa Sony.
Jadi katanya, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia, didukung atau ditolak, juga merupakan pertarungan antarkelompok kapitalis asing di Indonesia.
Dikatakan, bebas subsidi BBM artinya bangsa Indonesia dipaksa konversi ke BBM produk asing pertamax.
“Maka, SPBU milik Cevron, Shell, Petronas akan merajalela di negeri ini. Dari sini terlihat jelas, jika harga BBM dinaikkan, siapa yang dirugikan dan siapa sebaliknya yang diuntungkan,” katanya.
“Inilah ekspansi kapitalisme besar-besaran. Jadi negara sudah kalah dalam dalam konteks perekonomian. Negara tidak lagi menguasai sumber-sumber alam, bahkan untuk mengaturnya saja tidak akan bisa. Ketika alat produksi dikuasai asing maka kekuatan politik dan kekuatan legal jelas dikuasai kapitalisme,” urainya.