kotabontang.net - Hujan deras yang mengguyur Samarinda sejak, Kamis (21/1) pagi berakibat parah. Selama 12 jam, ibu kota Kaltim itu dihantam banjir. Dampaknya, jalan poros Samarinda-Bontang lumpuh total.
Banjir terparah terjadi di Jalan DI Panjaitan, tepatnya mulai dari simpang tiga Bukit Alaya hingga depan Perumahan Citra Land. Ketinggian air bahkan mencapai 60 sentimeter. Alhasil, jalur utama keluar masuk Samarinda-Bontang macet parah. Bahkan puluhan motor terjebak dan mogok.
Kemacetan pun tak terhindarkan. Panjang kemacetan kendaraan, terutama roda empat di jalur itu mencapai sekitar 2 kilometer.
"Sejak pukul 10.00 Wita, saya menunggu di sini. Sekarang sudah jam 12.00 Wita dan saya belum bisa lewat, takut sepeda motor saya terseret arus," kata Fatimah, warga yang menunggu banjir surut di Bukit Alaya, Jalan DI Panjaitan, Samarinda.
Fatimah sedang menjemput anaknya yang duduk di Kelas I SD. Ketika berangkat menjemput anaknya, banjir memang sudah terjadi di Jalan DI Panjaitan, namun belum sedalam sekarang, sehingga sepeda motornya masih bisa lewat.
Tetapi ketika pulang menjemput anak, banjir di kawasan itu semakin tinggi sehingga banyak kendaraan yang mogok, dan dia terpaksa menunggu di Bukit Alaya dan berharap hujan reda.
Berdasarkan pantauan, terdapat puluhan kendaraan yang mogok akibat pengendaranya nekat menerobos banjir, sehingga mesin sepeda motornya mati. Bahkan ada juga beberapa mobil yang mogok.
Kendaraan roda empat dan lebih yang akan menuju Bontang, Kutai Timur (Kutim), dan wilayah utara Kaltim juga tidak bisa jalan karena di simpang tiga Jalan Mugirejo-DI Panjaitan banjirnya tinggi. Bahkan salah satu mobil sempat terbakar di simpang tiga tersebut akibat konslet setelah terendam banjir.
Banjir terjadi bukan hanya di Jalan DI Panjaitan, Kecamatan Samarinda Utara, tetapi hampir merata di tiap kecamatan di Samarinda, seperti Kecamatan Sungai Pinang, Kecamatan Samarinda Ulu, dan sejumlah titik di Kecamatan Samarinda Ilir.
Beberapa titik ruas jalan yang digenangi air hingga setinggi lutut orang dewasa antara lain Jalan Merbabu depan Rumah Sakit Dirgahayu Kelurahan Jawa, Jalan Suryanata Kelurahan Air Putih, simpang empat Sempaja, Keluarahan Bayur, dan beberapa titik lainnya.
Air yang turun dari langit Samarinda kemarin memang luar biasa. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Temindung Samarinda menyebutkan, curah hujan sekitar 54,0 milimeter. Di atas curah hujan normal yang berkisar 30 milimeter.
Kepala BMKG Temindung, Sutrisno, mengatakan bahwa Kaltim sampai akhir Februari masih dipengaruhi El Nino. Namun, bukan berarti tidak turun hujan.
“Prediksi kami, puncak hujan justru Maret-April,” terangnya. BMKG memperkirakan, hujan intensitas tinggi masih mengguyur Kota Tepian sampai beberapa hari ke depan. Kemungkinan, hujan dimulai tengah malam hingga dini hari yang termasuk kategori deras.
Di tengah hiruk-pikuk perayaan hari jadi Samarinda yang diserbu banjir, pemkot mengaku menangani banjir kian berat. Sejumlah proyek pengendalian banjir terancam tidak mendapat kucuran APBD 2016. Hanya bantuan Pemprov Kaltim yang saat ini bisa diandalkan untuk mengantisipasi bencana musiman.
Kabid Pengendalian Banjir, Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Samarinda, Desi Damayanti, memberi penjelasan. Menurutnya, meski pengendalian banjir masuk program prioritas wali kota terpilih, kegiatan pada 2016 belum jelas. Hasil final rencana kerja dan anggaran (RKA) yang diusulkan belum mendapat persetujuan. Menurut usulan, angkanya sekitar Rp 300 miliar.
Namun, lagi-lagi defisit yang mendera APBD Samarinda berdampak signifikan. Terutama jumlah titik yang bakal dikerjakan tahun ini.
“Untuk proyek prioritas dan lokasi yang dikerjakan, sejauh ini belum ada. Kami masih menunggu persetujuan anggaran yang sedang dibahas TAPD (tim anggaran pemerintah daerah). Kalau disetujui, kami mulai sesuai skala prioritas,” ucap Desi ketika ditemui di ruang kerjanya.
Meski anggaran pemkot belum jelas, lanjut Desi, Pemprov Kaltim sudah memberi bantuan sekitar Rp 99 miliar. Anggaran digunakan untuk menanggulangi titik banjir di Jalan Pasundan, Samarinda Ulu, dan Jalan KH Wahid Hasyim.
“Titik-titik berdasarkan usulan yang diterima pemkot dari anggota DPRD dan masyarakat. Langsung ditindaklanjuti,” kata dia.
Kendati demikian, dia menegaskan, pemkot sudah menginventarisasi lokasi banjir di Kota Tepian. Semua 50 titik. Inventarisasi berdasarkan pengujian ilmiah dari pemkot dan akademisi.
“Lokasi yang diprioritaskan adalah titik dengan genangan lebih dari satu jam. Tidak semua memang, tapi fokus satu per satu dikerjakan,” urai dia.
Kepala Seksi Pengelolaan dan Penyediaan Air Baku, DBMP Samarinda, Rosnayadi Novida, mengatakan bakal mengevaluasi proyek pengendalian banjir. Dalam waktu dua hari, data dikompilasi baik dari keefektifan drainase dan skala curah hujan.
“Ada proyek yang dikerjakan tapi tetap banjir. Kami belum tahu persis karena debit hujan terlalu besar atau masih ada yang belum sempurna,” ujar dia.
Novida menjelaskan contoh lokasi banjir. Di simpang empat Mal Lembuswana dilengkapi sistem pompa dan polder. Pompa air mempercepat pembuangan air dari polder sehingga air bisa terus ditampung. Pompa menyala otomatis.
“Tapi kami belum tahu pompa nyala atau belum sehingga tetap saja banjir. Kami cek bersama operator pompa,” terang dia. Dari situ, lanjutnya, teknik penangan banjir di perempatan Lembuswana segera dievaluasi.
Di Jalan Antasari pun demikian. Menurut dia, normalisasi sistem Polder Gang Indra belum maksimal karena terganjal anggaran. Dana yang tersedia hanya Rp 5 miliar. Pemkot Samarinda sekadar mengerjakan drainase di Jalan Cendana.
“Kalau ada dana lebih, kami garap Sungai Manggis. Nanti ada pompa dan pintu air biar maksimal,” jelasnya. Polder Gang Indra tak berfungsi maksimal karena terkendala pula saluran pembuangan. Dia menjelaskan, bila Sungai Manggis dinormalisasi, pembuangan polder akan sempurna.
“Perlu dana Rp 20 miliar untuk mengerjakannya,” ucap dia.
Banjir memang merendam sejumlah tetap. Namun Novida menyebut ada proyek pengendalian banjir yang sukses. Sebagai contoh, di Jalan Biawan, Jalan Lambung Mangkurat, sekitar Jalan Pemuda, dan Jalan Mayjen Sutoyo. (*/him/*/hdd/fel/sal/eff/kpnn/gun)
Via : Bontang Prokal