Saturday, November 28, 2015

Berlomba Pamer 'Selfie' di Kebun Bunga Lily, Berakibat Rusaknya Bunga Hingga Saling 'Bully'


kotabontang.net - Keberadaan kebun bunga lily atau amerilys berwarna oranye, mendadak menjadi fenomenal di kalangan pengguna media sosial dalam beberapa hari terakhir.

Keindahan bunga tersebut seakan menarik lebih banyak orang untuk datang mengunjungi kebun yang berada di Pathuk, Gunungkidul ini.

Namun, imbasnya beberapa titik di kebun bunga itu harus rusak karena terinjak orang-orang yang datang hanya demi mendapatkan foto yang paling indah.

Pengamat media sosial, Andin Rahmana, mengatakan bahwa fenomena orang yang tiba-tiba berbondong-bondong mendatangi kebun bunga lily itu lantaran masih banyaknya orang yang mudah takjub dan heboh akan suatu hal yang baru.

Dengan budaya "update", mereka seakan tak mau ketinggalan dan turut ambil bagian dari apa yang saat ini sedang populer.

"Bahkan ada kesan ingin menjadi yang pertama dan menjadi hits atau populer. Ada kebanggaan tersendiri apabila postingannya banyak dilihat dan dia menjadi orang yang pertama kali mengunggah itu," jelas Andin Rahmana, Sabtu (28/11/2015).



Terkait kebun bunga lily yang akhirnya rusak, Andin mengatakan bahwa yang berkembang saat ini adalah budaya pamer yang cenderung berlebihan.

Ada beberapa orang yang berlomba-lomba selfie untuk narsis dengan pose yang tidak biasa.

"Demi keindahan, bahkan ada yang sambil tiduran dan menginjak bunga," tuturnya.

Tentu hal itu sangat disayangkan, Andin mengatakan bahwa sejatinya media sosial adalah tempat yang netral dan tempat untuk ajang mengekspresikan diri, silaturahmi dan berbagi cerita.

Akan tetapi terkadang pengguna terlena dan terlalu menyombongkan dirinya sehingga akhirnya sosial media sebagai ajang untuk saling pamer. Dalam hal ini, berujung dengan tindakan merusak.

Pada perkembangannya, foto keindahan itu akhirnya berujung pada ajang untuk melakukan bullying.

Dengan mudah, masyarakat terhasut dan turut melontarkan ucapan-ucapan kasar kepada orang yang mengunggah foto-foto tertentu.


Perbuatan merusak yang dinilai salah mengakibatkan masyarakat pengguna media sosial kesal lantas mengekspresikan kekesalan mereka dengan mengucapakan kata-kata kasar di akun si pengunggah.

Terkait bully itu sendiri, pengamat media sosial ini mengatakan bahwa ada dua sisi dalam kasus tersebut.

Yang pertama adalah orang yang mengunggah foto atau tulisan tanpa berpikir panjang, dan yang kedua adalah tingkat kedewasaan orang yang mem-bully.

"Yang harus ditinggkatkan adalah kesadaran diri, bagaimana kalau memposting harus lebih berhati-hati termasuk dalam berkomentar," paparnya. (*)

Artikel Terkait