Saturday, April 11, 2015

Mengapa Krisis Yaman Lambungkan Harga Minyak Mentah

kotabontang.net - Harga minyak dunia terus melonjak menyusul laporan serangan udara Arab Saudi ke Yaman. Pasar khawatir pasokan minyak bakal terganggu akibat krisis politik tersebut.

Melansir MarketWatch, di perdagangan Asia dan saat pembukaan pasar Eropa, harga minyak sempat naik hingga lima persen pada Kamis sore 26 Maret 2015.

Indeks perdagangan New York Merchantile Exchange mencatat minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei diperdagangkan pada level US$52,01 per barel. Harga itu meningkat US$2,84 atau 5,7 persen.

Sementara itu, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak Mei juga naik. Di bursa London's Ice Future, Brent naik US$2,94 atau 5,2 persen menjadi US$59,36 per barel.

Arab Saudi dan negara-negara teluk lainnya melancarkan serangan udara pada para pemberontak di Yaman, Kamis pagi tadi.

Meskipun Yaman bukan produsen besar minyak mentah, namun negara ini berdekatan dengan selat Bab el-Mandeb. Selat itu menjadi salah satu titik transit utama kapal pengangkut minyak. Tanker minyak yang akan transit di Terusan Suez juga perlu melewati Bab el-Mandeb.

Biro Informasi Energi AS menyebut bila selat selebar 18 mil tersebut ditutup, otomatis akan memblokade laju kapal tanker minyak yang akan melewati Terusan Suez dan menutup jalur tercepat Afrika Utara menuju Asia tersebut.

Kondisi ini membuat para penyuling minyak di Asia tidak mau ambil risiko atas gangguan pasokan minyak. Akibatnya, harga minyak terus melanjutkan kenaikan setelah seminggu terakhir naik lantaran dipicu pelemahan dolar AS.

Pada perdagangan semalam di AS, minyak mentah WTI dan Brent juga ditutup menguat.

"Kenaikan harga cenderung berumur pendek. Tetapi, para pedagang akan memanfaatkan untuk mengambil keuntungan di tengah gejolak Timur Tengah," ujar Richard Gorry, Direktur Pengelola di JBC Energy Asia, di sela-sela konferensi Platts Oil Refining di Singapura.

Artikel Terkait