Wednesday, October 1, 2014

Soal Iduladha Beda Arab Saudi-Indonesia : MUI: Jangan Bingung Puasa Arafah

kotabontang.net - Soal Iduladha Beda Arab Saudi-Indonesia : MUI: Jangan Bingung Puasa Arafah , Penetapan Iduladha tahun ini antara pemerintah Indonesia dengan Arab Saudi berbeda. Potensi masalah yang bakal muncul adalah simpang-siur pelaksanaan puasa Arafah (9 Zulhijah). Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta masyarakat tidak bingung dan konsisten jika merujuk ketetapan pemerintah.

Pemerintah Indonesia melalui sidang isbat 24 September lalu menetapkan Iduladha 2014 (10 Zulhijah 1435 H) jatuh pada Ahad (5/10) ini. Sehingga, puasa Arafah dilaksanakan pada Sabtu (4/10). Umumnya puasa Arafah dikenal masyarakat sebagai ibadah yang berbarengan kegiatan wukuf haji di Arab Saudi.

Potensi masalah muncul ketika pemerintah Saudi melalui ummul qura menetapkan Iduladha 2014 jatuh pada Sabtu. Sementara wukuf di Padang Arafah dilaksanakan pada Jumat (3/10). Itu artinya ketika masyarakat Indonesia --merujuk keputusan pemerintah-- menjalankan puasa Arafah, jamaah haji di Saudi justru sudah merayakan Iduladha.

MUI coba menengahi potensi polemik itu. Pimpinan MUI pusat Anwar Abbas mengatakan, patokan pelaksanaan puasa Arafah adalah dilaksanakan pada 9 Zulhijah. “Apakah itu 9 Zulhijah-nya jatuh pada 3 Oktober atau 4 Oktober, mengacu pada keputusan yang dipilih masyarakat masing-masing,” jelas dia kemarin (29/9).

Ketika masyarakat berkeyakinan mengikuti keputusan pemerintah bahwa Iduladha jatuh pada Ahad, maka tetap melaksanakan puasa Arafah pada Sabtu. Umat tidak perlu risau, meski pada 4 Oktober itu jamaah haji di Saudi sudah selesai menjalankan wukuf.

Dia menegaskan, pelaksanaan puasa Arafah bukan ibadah puasa yang mengacu pelaksanaan wukuf. Melainkan, ibadah puasa yang dilaksanakan setiap 9 Zulhijah.

Abbas memberikan contoh ekstrem. Misalnya, di Makkah --khususnya di Arafah-- terjadi bencana alam besar sampai-sampai wukuf tidak bisa dilaksanakan.

“Kalau itu terjadi, apakah kita lantas tidak puasa Arafah? Ya, tetap puasa Arafah. Karena puasa Arafah tidak terkait pelaksanaan wukuf,” jelasnya.

Menurutnya, tim ummul qura yang dibentuk pemerintah Saudi juga kumpulan ulama. Sehingga, tidak menutup perbedaan dalam menetapkan tanggal-tanggal Hijriah dengan negara lain.

Anwar menuturkan, di Indonesia, ada tiga kelompok ormas Islam yang berbeda-beda dalam menetapkan Iduladha. Pertama, versi pemerintah dan Nahdlatul Ulama (NU) yang menggunakan metode imkanur rukyat, dan menetapkan Iduladha jatuh pada 5 Oktober. Kemudian, kelompok Muhammadiyah dan ormas lain yang menggunakan sistem hisab, menetapkan Iduladha pada 4 Oktober.

Ada juga kelompok yang patokannya mengacu keputusan pemerintah Saudi. “Misalnya, teman-teman di LDII atau Persis,” katanya.

Terkait perbedaan itu, Anwar meminta masyarakat tetap menjaga toleransi. Sebab, baik NU, Muhammadiyah, maupun ormas-ormas Islam lainnya, memiliki landasan keyakinan masing-masing.

MINTA AREA LUAS

Sementara, Menteri Agama sekaligus amirrulhaj Lukman Hakim Saifuddin terus mengecek layanan jamaah. Di antara yang menjadi fokus pengecekannya adalah layanan kesehatan menyongsong fase ibadah di Arminah (Arafah, Mina, dan Muzdalifah).

Menurut Lukman, persiapan layanan kesehatan sudah baik. “Karena sudah disiapkan sejak lama,” katanya, kepada tim Media Center Haji (MCH) Kemenag di Makkah, kemarin.

Lukman menuturkan, selama ini pemerintah menginginkan area wukuf untuk jamaah Indonesia di Arafah diperluas. Untuk mewujudkannya, pemerintah terus menjalin komunikasi dengan muasasah bagian Arafah dan Mina. Pertimbangan permohonan perluasan karena jamaah dari Indonesia sangat besar, sedangkan selama bertahun-tahun space milik Indonesia sangat terbatas alias sempit.

“Kami inginnya mulai tahun ini ada tambahan area wukuf,” jelas Lukman. Untuk itu dia terus menunggu keputusan dari muasasah. “Mudah-mudahan ada pemahaman.”

Lukman juga menginginkan mobil ambulans Indonesia mendapatkan izin keluar-masuk wilayah Arminah sewaktu-waktu. Tujuannya mengantisipasi jika ada jamaah mendadak perlu dirujuk ke rumah sakit. Layanan kesehatan yang cukup memadai adalah Balai Pengobatan Haji Indonesia (setara RS tipe C) di Makkah. Sedangkan jarak dari Arafah ke Makkah sekitar 22,4 kilometer. (wan/end/jpnn/zal/k8)

Artikel Terkait